Sebelum membaca kisahnya, mohon juga luangkan sedikit waktu untuk menandatangani sebuah petisi untuk menolak kejahatan yang sedang terjadi di Tiongkok.
Kita percaya, sebuah kebaikan kecil sangat berharga dan tidak akan luput dari catatan Yang Maha Kuasa π
Pada zaman dahulu kala, di ujung masa keemasan Majapahit yang berkilau seperti permata, hiduplah seorang lelaki dengan nama yang sangat istimewa: Sabda Palon. Namanya bukan sembarang nama!
“Sabdo artinya kata-kata, Palon artinya kayu pengancing kandang,” begitu ia pernah berkata dengan mata yang berbinar-binar seperti bintang. Dan ada pula sahabatnya yang tak kalah menakjubkan, Naya Genggong β “Naya artinya pandangan, Genggong artinya langgeng tidak berubah.”
Bayangkan saja! Dua orang dengan nama yang bermakna “Kata-kata yang Mengunci Kandang” dan “Pandangan yang Langgeng.” Seperti dua sosok misterius dari masa lampau!?!
Suatu hari yang gelap gulita β bukan gelap karena awan mendung, tapi gelap karena kesedihan β Sabda Palon berdiri di hadapan Raja Brawijaya V. Istana yang megah itu kini terasa dingin seperti gua es. Sang raja, dengan hati yang berat seperti batu gunung, telah memutuskan untuk mengambil sebuah keputusan yang sulit.
“Paduka,” kata Sabda Palon dengan suara yang bergetar seperti daun di angin kencang, “jika Paduka benar-benar memilih jalan ini, hamba akan pergi. Tapi ingatlah, hamba akan kembali.”
Dan inilah bagian yang paling menakjubkan sekaligus menarik dari kisah ini, layaknya hidup yang kadang terasa manis dan getir. Sabda Palon mengucapkan pesan terakhirnya yang akan bergema selama berabad-abad: “Jadi bicara hamba itu bisa untuk pedoman orang tanah Jawa, langgeng selamanya.”
Lima ratus tahun! Bayangkan lima ratus tahun β itu waktu yang sangat lama! Sabda Palon memberi isyarat tentang kondisi masyarakat di masa mendatang.
Dan tanda-tandanya? Oh, betapa mengerikannya! Bagaikan dunia yang terbalik.
- Manusia menggunakan kekuasaan untuk tujuan pribadi β seperti lupa akan tugas mulia yang mereka emban
- Hal-hal amoral merajalela β kebaikan menjadi langka seperti sebuah berlian biru
- Merapi akan bergelegar β gunung api raksasa itu akan marah seperti naga yang terbangun dari tidurnya
- Gempa bumi silih berganti β bumi akan bergoyang seperti pohon diterpa badai
- Masyarakat kehilangan nilai-nilai luhur Jawa β seperti manusia yang lupa akan jati dirinya
Tapi tunggu dulu! Jangan terlalu takut, karena setiap legenda selalu memiliki hikmah tersembunyi dibaliknya.
Ramalan Sabda Palon bukanlah kutukan, melainkan peringatan penuh kasih sayang β seperti ibu yang ingin mengingatkan anak-anaknya. Ia ingin mengingatkan kita semua tentang pentingnya menjaga moralitas di tengah dunia yang kacau.
Sekarang, setelah 500 tahun berlalu, ketika dunia berputar dengan cepat, kita bisa melihat bagaimana kata-kata itu seperti cermin dari kenyataan. Tapi ingatlah, kita semua memiliki kekuatan untuk mengubah cerita ini!
Pesan Kebaikan dari Sang Penjaga Kata
Seperti semua legenda, kisah Sabda Palon mengajarkan kita hal-hal yang sangat berharga:
Pertama, kata-kata memiliki kekuatan luar biasa. Seperti sebuah mantra, kata-kata bisa membangun atau menghancurkan. Gunakanlah kata-kata untuk menyebar kebaikan, dan menolak kejahatan.
Kedua, pandangan yang langgeng dan tidak berubah adalah pandangan tentang kebaikan. Meskipun dunia berubah secepat kilat, nilai-nilai seperti kejujuran, kasih sayang, dan keadilan harus tetap seperti bintang kutub β tidak pernah bergeser.
Ketiga, kekuasaan adalah amanah, bukan mainan. Seperti pisau dapur β bisa digunakan untuk memasak makanan lezat atau melukai orang. Pilihlah untuk menggunakan kekuasaan, sekecil apapun itu, untuk kebaikan.
Keempat, ketika bencana dan kesulitan datang, jadikanlah itu sebagai pengingat untuk kembali ke jalan yang benar β bukan untuk putus asa seperti es yang mencair di tengah terik matahari.
Dan yang terakhir, yang paling penting dari semuanya: setiap hari kita diberi kesempatan untuk menjadi Sabda Palon dalam versi kita sendiri β menjadi penjaga kata-kata yang baik, penyebar pandangan yang penuh kasih, dan pembawa perubahan positif di dunia ini.
Karena pada akhirnya, kebaikan yang sejati adalah seperti lilin kecil di tengah kegelapan β mungkin kecil, tapi cukup terang untuk menunjukkan jalan pulang.
Ya sepertinya ucapan Ki Sabdo Palon
terbukti.. saat ini kita dihadapkan pada kenyataan yang terjadi. Kehidupan terasa sulit rakyat menjerit sementara orang orang yang dipercaya justru berbuat dholim kepada rakyatnya. Sangat ironis dan tragis. Perjuangan para leluhur seakan tiada arti dan bumi Pertiwi menangis menjadi jadi.
Kisah leluhur yg mengandung pesan2 moral yg amat tinggi (marifatullah)
Semoga menjadi membawa kebaikan kesuluruh nusantara
Ajaran yg mengakar dari Siwa-Budha / sering disebutnya Gama Buda Jawa (Budi Jawi) yg mengajarkan tentang Dharma (kebenaran-kebaikan) dan Budhi pekerti .. wong nandur bodhi Ojo lali marang waringine… Eyang Sabdo Palon adl penjelmaan dr Bhatara Ismaya / Semar sbg Jawata (Dewata) lokalnya Jawa pamomong para kesatria… Beliau sering manitis ke marcapada sbg penasehat Raja / Purohita Pandita Dang Hyang (bisa Pandita Kasiwan/Hindu Syaiwa) / Wiku (Pandita Budha Tantrayana Kasogatan) pada masa Majapahit dan masa” sbelumnya, di Tatar Pasundan beliau jg menitis sbg Eyang Kuncung putih sbg Pandita Purohita Pajajaran Siliwangi…
Di Jawa percaya Sumpah Sabdo Palon sdngkn di Sunda percaya Uga Wangsit Siliwangi πβοΈπ²π¨ποΈβΈοΈπ
Mau tau lengkapnya, baca serat Dharmo Gandul
Maaf kang, mohon ijin nanya , Serat dharma gandul di dapat dimanakah
Jawa
Eyang Sabda Palon dan Eyang Naya Genggong sudah datang bulan Agustus 2024.
Dan akan menagih janjinya.
Penomena alam telah menunjukan kesejatiannya, orangΒ² yang di percaya rakyat, sebagai wakil rakyat, sebagai pemimpin / pejabat negara telah menunjukan sifatnya yang culas, dholim pada rakyat, tidak bermoral tiada akhlak, seenak perutnya, sudah masanya pemusnahan terjadi, praliana, masanya kejayaan NUSANTARA, HADIRNYA AGAMA BUDHI, ELING AKAN WISNU NUSANTARA, SANGHYANG ISTHA DEWATA, ORANGΒ² YANG TERPILIH HADIR DENGAN KESADARAN SEJATI, DENGAN PENUH CINTA KASIH, MASANYA SUDAH TIBA KEJAYAAN AGAMA BUDHI SERTA KEJAYAAN NUSANTARA, SANG DIRI SEJATI, MASANYA TELAH TIBA HANCURNYA KERAKSASAAN LAHIRNYA SANG BUDHI SEJATI, DENGAN KESADARAN SEJATI, DILIPUTI CINTA KASIH SEJATI DARI BUANA ALIT MENUJU BUANA AGUNG YANG YANG HARMONI, TATANAN TELAH TIBA NUSANTARA YANG MAKMUR, JAMAN KERTANYA NUSANTARA, SVAHA
Good remembered
Orang yang selalu memegang teguh kepada janji hidup dan kehidupan, bahwa semesta ini ada yang mengatur, kita hanyalah sebagai *wayang* yang diberi akal dan pikiran untuk jalani takdir kehidupan…
Ya sepertinya ucapan Ki Sabdo Palon
terbukti. Saat ini kita dihadapkan pada kenyataan yang terjadi. Kehidupan terasa sulit disaat rakyat menjerit sementara orang orang yang diberikan amanah jadi pemimpin justru berbuat dholim kepada rakyatnya. Sangat ironis dan tragis. Perjuangan para pahlawan dan para leluhur seakan tiada arti dan bumi Pertiwi menangis menjadi jadi setelah melihat kenyataan di zaman ini, dimana setiap pemimpin orang yang diberikan amanah malah berkhianat, yang lebih jahat daripada penjajahan yang nyata π
Dengan ijin dan tuntunan dari Tuhan, semoga apa yang saya harapkan, saya impikan, saya mampu mewujudkan semua impian itu. Tujuan dari impian itu semoga banyak orang yang sama sama bisa memiliki kehidupan yang lebih bahagia, sejahtera hidup saling berbagi kasih πππ.. terjadilah terjadilah terjadilah πππ
Dari pesan Eyang Sabdo Palon dan Eyang Naya Genggong artinya sangatlah dalam dan penuh arti, tinggal kita bisa menyikapi dan selalu ingat juga waspada dengan perubahan kehidupan dijawa dan saya hanya bisa mengingatkan diri sendiri untuk mengingat pesan dari Eyang Sabdo Palon dan Eyang Naya Genggong.
saya suka
respon
nuce