Sarat makna! Legenda Jawa Barat ini wajib dibaca semua orang.
Namun sebelum membaca kisahnya, mohon luangkan sedikit waktu untuk menandatangani sebuah petisi untuk menolak kejahatan yang sedang terjadi di Tiongkok.
Sebuah kebaikan kecil tidak luput dari catatan Sang Pencipta. Bantuan Anda sangat berharga.
Dahulu kala, tersebutlah sebuah kerajaan megah bernama Pasir Batang, yang dipimpin oleh rajanya Prabu Tapa Agung.
Sang raja memiliki dua orang putri: Purbasari, yang berhati teduh dan penuh belas kasih, serta Purbararang, yang cantik namun memiliki sifat iri bagaikan bara api yang selalu menyala. Purbararang sering membandingkan dirinya dengan adiknya. Ia merasa takdir berlaku tak adil jika Purbasari, yang menurutnya terlalu sederhana, mendapat perhatian lebih banyak dari rakyat dan istana.
Ketika sang raja mulai menua, ia mengumumkan akan menyerahkan tahta kepada Purbasari. Keputusan ini membuat Purbararang menjadi iri dan marah. Ia mulai berbisik kepada orang-orang, menebar tuduhan dusta bahwa Purbasari telah melakukan sebuah kesalahan besar. Tidak puas dengan fitnah, Purbararang membuat siasat licik—dengan bantuan beberapa pengawalnya yang setia—membuang Purbasari keluar dari istana.
Diasingkan ke Hutan
Suatu pagi, sebelum matahari terbit, Purbararang memerintahkan prajurit untuk mengiringi Purbasari keluar gerbang. Tanpa penjelasan, tanpa perpisahan yang layak, sang putri diusir dengan bekal seadanya. Jalan setapak menuntunnya ke sebuah hutan lebat, tempat suara burung dan gemericik sungai menjadi satu-satunya teman.
Penderitaan Purbasari
Hari-hari di hutan penuh ujian. Gigitan nyamuk, dinginnya malam, dan lapar datang silih berganti menguji keteguhannya. Meski begitu, Purbasari tak pernah mengeluh. Dalam kesendiriannya, ia mengingat ajaran ayahnya: “Kesabaran adalah cahaya yang tidak pernah padam.” Ia merawat dirinya sebaik mungkin, mencari buah, menjaga keselamatan diri, dan tetap bersabar.
Pertemuan dengan Lutung Kasarung
Suatu sore, Purbasari melihat seekor lutung hitam dengan mata penuh simpati. Lutung itu adalah Lutung Kasarung—seorang dewa dari khayangan yang dikutuk turun ke bumi. Kutukan menjadikannya berwujud kera, hanya dapat kembali ke khayangan jika ia menemukan manusia yang menerima dan menyayanginya tanpa memandang rupa.
Lutung Kasarung mulai menolong. Ia mengumpulkan buah, membuat pondok dari ranting, bahkan menggali sungai yang jernih. Keajaiban datang: bunga-bunga bermekaran tak seperti biasanya, ikan berenang di kolam buatan Lutung.
Kebaikan dan Ketulusan
Purbasari selalu bersikap baik dan tulus kepada Lutung Kasarung. Ia berterima kasih atas makanan, dan segala bantuan yang Ia terima. Pertemanan mereka dilandasi kepercayaan dan ketulusan—sesuatu yang jarang ditemui di istana.
Tantangan dari Purbararang
Kabar tentang indahnya hutan dan kehidupan Purbasari sampai ke telinga Purbararang. Ia datang dengan maksud menunjukkan bahwa dirinya lebih layak menjadi pewaris. Mereka mengadakan serangkaian tantangan: siapa yang memiliki kebun lebih indah, siapa yang wajahnya paling mempesona, bahkan siapa yang memiliki calon suami yang paling tampan, maka Ia lah yang paling pantas mewarisi tahta istana.
Dalam setiap tantangan, Lutung Kasarung diam-diam membantu dengan kesaktiannya. Kebun Purbasari penuh bunga mekar. Wajahnya bercahaya karena hati yang bersih. Dan saat tiba pada tantangan terakhir—memperkenalkan calon suami—Lutung Kasarung melangkah maju. Saat Purbasari dengan tulus menyebutnya sebagai sahabat dan pelindungnya, kutukan pun terangkat. Cahaya menyilaukan menyelimuti Lutung Kasarung, mengubahnya menjadi seorang pangeran tampan bermahkota.
Purbararang terdiam, malu, dan akhirnya menyesal atas segala perbuatannya. Sang raja memutuskan Purbasari memang pantas memimpin kerajaan karena kebaikan hatinya.
Pesan Moral:
– Iri hati merusak hati dan pikiran, menghilangkan rasa damai dan membuat hidup penuh beban.
– Kesabaran dan kebaikan hati adalah senjata yang sangat ampuh untuk melalui ujian.
– Jangan menilai seseorang dari rupa; ketulusan dan kemurnian hati lebih berharga dari penilaian dangkal di permukaan.
– Setiap perbuatan baik akan menuai balasan kebaikan, begitu juga sebaliknya kejahatan akan mendapat balasan.
(www.budipekerti.org/wd)